Cari Blog Ini

Rabu, 19 Mei 2010

Membentengi Tubuh Yang Mulai Rapuh.


Bagi seorang prajurit, tubuh pun memerlukan “senjata” untuk mengusir musuh. Bedanya, musuh tentara siapa saja yang mengganggu kedaulatan negara, sedangkan musuh tubuh adalah kuman, penyakit. Kuman ini hanya takut pada senjata bernama immunoglobulin. Celakanya, sejak usia 30an tahun jumlah senjata itu ternyata mulai berkurang. Bagaimana mengatasinya?

Ada pepatah mengatakan life begin at 40. dari sisi finansial mungkin Ya. Namun, kalau mau jujur, mulai usia itu pula ada hal-hal yang merongrong kondisi kesehatan. Misalnya, usia itu merupakan awal kemunduran kondisi kesehatan, karena daya tahan tubuh yang mulai menurun.

Semakin bertambah usia, kita menjadi mudah lelah, rentan terhadap penyakit, termasuk rasa nyeri di tulang dan sendi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh ini seringkali terabaikan, sehingga penyakit, infeksi dan penuaan dini pada usia produktif tak terelakkan.

Berbagai penyakit seakan “antri” untuk singgah, kita tak bisa lagi menikmati makanan lezat, berwisata, dan hidup nyaman. Kondisi tubuh memang akan menurun seiring dengan meningkatnya usia. Daya tahdan tubuh manusia mencapai puncaknya di usia 20an tahun, dan lamban tapi pasti, mulai terjadi penurunan di usia 30an tahun, dan semakin pesat menurun di usia 50an tahun.

Selain faktor usia, pola hidup modern yang menuntut segala sesuatu dilakukan serba cepat dan instan, juga berperan dalam menurunkan daya tahan tubuh. Misalnya, sarapan di dalam mobil, makan siang serba tergesa atau nafsu makan melorot di malam hari karena kelelahan. Lebih celaka lagi kalau kualitas makanan yang di konsumsi tidak sehat.

Namun, mengapa di negara-negara maju, semisalnya Jepang, Swiss, dan Ameika Serikat, usia harapan hidupnya lebih tinggi dan usia diatas 60an tahun masih aktif dan produktif? Jawabannya kira-kira begini, semakin sejahtera suatu bangsa, rakyatnya semakin health conscious dan berdampak pada pola makan sehat melalui smart eating, makan untuk sehat.

Di negara seperti itu pula lahir makanan fungsional yaitu makanan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga mengandung senyawa bioaktif, semisal anti bakteri patogen atau anti oksidan. Berkat senyawa itu, tubuh orang yang mengkonsumsinya menjadi tetap sehat.

Kecukupan konsumsi buah dan sayuran juga bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Beberapa jenis makanan seperti avokad, mengkudu, kedelai, dan juga probiotik, diketahui mengandung senyawa yang membantu pembentukan antibodi dalam tubuh dengan mekanisme yang berbeda.

Pada dasarnya, selain cukup beraktivitas fisik (termasuk olahraga) dan istirahat, pola makan seimbang menjadi kunci dalam upaya mencapai kondisi tubuh yang sehat. Dalam tubuh yang sehat itu pula akan terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat.

Sistem kekebalan tubuh ini bisa diibaratkan prajurit yang sangat disiplin, teratur, cerdas, dan pekerja keras yang melindungi tubuh dari musuh eksternal, seperti bakteri atau virus yang berupaya memasuki tubuh. Yang diibaratkan prajurit disini adalah limfosit “Prajurit” ini ada 2 jenis yang digembleng di dua “akademi” berbeda. Lulusan sumsum tulang belakang disebut Limfosit B, sedangkan alumni kelenjar tumus disebut Limfosit T. limfosit B selanjutnya memproduksi semacam senjata yang disebut antibodi.

Antibodi ini hadir sebagai respon terhadap adanya gangguan dari luar. Ia tersusun atas protein yang disebut juga sebagai immunoglobulin, disingkat Ig, suatu serum protein globulin. Tugasnya menghancurkan musuh-musuh. Penyerbu yang biasa disebut antigen, seperti bakter dan virus penyebab penyakit. Cara kerjanya, dengan mengikatkan diri pada antigen dan menandai molekul-molekul asing tempat mereka mengikat diri selanjutnya sel dapat membedakan dan melumpuhkannya.

Di dalam tubuh terdapat lima jenis Ig. Di antara kelimanya, IgG adalah antibodi yang paling banyak terdapat dalam darah, yaitu 80 %. Ia merupakan antibodi yang paling aktif melawan bkteri dan virus, dibandingkan dengan antibodi klainnya, sehingga pembentukan IgG maupun suplementasi IgG sangat diperlukan. Riset di Ohio Amerika Serikat telah membuktikan bahwa konsumsi 90-100mg IgG perhari dapat menjaga daya tahan tubuh dan mengurangi rasio penyakit infeksi.

Kalau anak-anak hingga orang dewasa mendapatkan antibodi dari dalam tubuh sendiri ketika tubuh dalam keadaan sehat, maka bayi dalam kandungan sedikit berbeda. Janin mendapatkan IgG dari ibunya melalui plasentanya. IgG tersebut merupakan satu-satunya antibodi yang dapdat masuk ke daldam plasenta ibu hamil.

Kemampuan dan ukurannya yang kecil memungkinkan hal itu. Maka, kehadiran IgG pada seorang ibu akan mampu melindungi janinnya dari kemungkinan infeksi. Layaknya senjata yang selalu siaga IgG menangkap dan memperbaiki benda asing atau antigen, baik berupa bakteri maupun virus.

Ketika baru lahir dari rahim yang steril, bayi masih belum mempunyai pengalaman melawan penyakit. Ia masih memerlukan IgG dari luar tubuhnya, yakni dari ibunya. Kali ini, immunoglobulin disediakan dalam kolostrum ASI. Ketika meminumnya, IgG memberikan bantuan perlindungan terhadap infeksi, semesntara bayi memperkuat sistem kekebalannya hari demi hari. Pola makan sehat sejak dini sangat membantu pembentukan sistem kekebalan tubuh yang kuat.

Semakin dewasa, sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lansia, sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Penuaan ini diawali dalam saluran usus. Kondisi tersebut memicu bakteri “jahat” berkembang pesat, sehingga keseimbangan flora usus menjadi terganggu, yang lebih lanjut akan timbul berbagai penyakit.

Beruntung, kondisi menurunnya daya tahan tubuh secara alami itu bisa diantisipasi dengan makanan tambahan seperti halnya seorang bayi mendapatkan IgG melalui ASI. Makanan tambahan itu berupa susu.

Di era bioteknologi seperti saat ini hyper immunity tecnology telah berhasil menyediakan kebutuhan antibodi IgG dan senyawa anti inflamasi lactoactin dalam susu sapi. Antibodi IgG tersebut dihasilkan melalui vaksinasi 26 jenis bakteri saqluran usus ke dalam tubuh sapi perah sehat. Dari sapi-sapi perah inilah dihasilkan susu yang bisa memasok IgG. Jadi, kalau mau sehat, kita tak perlu malu jadi “bayi sapi”.         

2 komentar:

zakki mengatakan...

Mang susu yang paling sempurna buat anak y ASI.. hidup ASI

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.