Cari Blog Ini

Senin, 03 Mei 2010

Merengkuh Kebahagiaan Sejati

Rasanya, makin lama dunia ini makin tak bisa lepas dari bisnis, citra, dan penampilan. ketiga hal itu seperti telah meresap di segala bidang kehidupan. segala sesuatu telah ditumpangi kepentingan bisnis, sehingga memerlukan media untuk memperkenalkan dan mengumumkan diri di hadapan khalayak, yang tidak lain adalah hamparan calon konsumen.

Memperkenalkan diri dan mengumunkan diri itu tentu meniscayakan citra nan hebat dan penampilan menarik dua syarat untuk mendapatkan penerimaan publik. bisnis, citra, dan penampilan daldam rajutan jejaring media memang telah membuat dunia kita menjadi semakin ramai, semdrak, dan hiruk-pikuk

Jangan harap dunia akan redup atau sepi. Kekuatan bisnis, upaya pencitraan, dan jualan penampilan telah menjadikan dunia makin ramai. Di tengah keramaian dan gemuruh itu, telinga dan jiwa kita menjadi makin pekak, mata kita pun makin bosan, kendati nafsu makin hingar-bingar dan membubung.

Seluruh keramaian itu selain mengendalikan jiwa dan memberikan kepuasan sejenak, juga menimbulkan kejenuhan dan rasa capek. Jadi, apa sebenarnya yang kita cari dalam hidup ini? Sungguhkah kehingar-bingaran itu yang kita cari? Sebab, diam-diam, dunia yang riuh-rendah itu justru menyemaikan kekosonggan jiwa, kehampaan, dan ketiadaan makna.

Banyak orang bilang, bangsa ini akan bahagia jika ekonomi terus membaik dan kemakmuran bendawi kian tinggi. banyak orang berkata, ketersediaan pekerjaan merupakan jaminan kebahagiaan seluruh warga bangsa. Memang benar. namun, kemakmuran bendawi dan pekerjaan hanyalah sasaran antara. Keduanya bukan nilai-nilai akhir yang menjamin kebahagiaan.

Keduanya memang penting. kemiskinan dan pengangguran adalah penyakit sosial yang membuat masyarakat menjadi menderita. Bahkan keduanya adalah penyakit-penyakit sosial yang berbahaya, bisa merusak masyarakat, bisa menguncang masyarakat, memporak porandakan bangsa dan negara.

Orang yang miskin dan lapar bisa berbuat apa saja untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang tidak terpenuhi. Ketika orang yang miskin dan lapar itu jumlahnya banyak, lantas karena satu dan lain hal mereka marah, akumulasi kemarahan orang banyak itu bisa menjadi kekuatan perusak luar biasa.

Sekian lagi, semua itu benar. Namun, sungguhkah kemakmuran bendawi dan pekerjaan bisa secara paripurna membahagiakan manusia? Ternyata tidak. Orang-orang di negeri yang amat makmur pun tidak mendapat jaminan meraih kebahagiaan sejati. Lalu, apa yang niscaya direngkuh manusia untuk meraih kebahagiaan sejati?

Ada lima hal yang perlu direngkuh manusia untuk meraih kebahagiaan sejati. Yakni kebebasan, kebijaksaan, keadilan, ketentraman, dan kedamaian. Hidup kita merupakan upaya tak pernah henti untuk merengkuh dan mewujudkan lima hal tersebut. kita boleh sibuk dengan bisnis, pencitraan, dan penampilan. Namun, kita pun perlu menyadari, ketiga hal itu tidak menjamin pencapaian kebahagiaan sejati.

Kebebasan, kebijaksanaan, keadilan, dan kedamaian merupakan nilai-nilai yang lebih tinggi daripada keriuh-rendahan bisnis, pencitraan, dan penampilan. Jadi, mestinyda kita lebih mengutamakan kelima hal itu, bukan kepentingan bisnis serta hiruk-pikuk pencitraan dan penampilan, yang acap kali tampak sombong, angkuh, dan mau menang sendiri.

1 komentar:

ernawahyu mengatakan...

betullitu belle tapi pengolahan hati and akal...penting...